KEPENDIDIKAN
Ukir Sejarah, Optimalkan Potensimu !!!: Pengembangan Kurikulum: BAB II Model dan Organisasi Pengembangan Kurikulum 2.1 Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendekatan dapat diartikan s...
Read Users' Comments (0)RUMAH TRADISIONAL JEPANG
16.56 | Label: Tentang JEPANG
INTERIOR RUMAH TRADISIONAL JEPANG
Interior dan pemilihan bahan rumah Jepang Tradisional ini pun masih sama napas cita rasanya. Dinding-dinding tipis, nyaris tidak bermateri (kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding ruangan). Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju,tetapi sikap Shinto satu dengan alam tetap dimenangkan.
Maka perhatikan gambar dibawah ini terlihat tampak ciri ke Jepangan pada bangunan dan perabot rumah itu.
Perhatikan dinding-dinding, lantai dan langit-langit. Semua serba bidang polos, dapat dikatakan tanpa hiasan apapun. Satu-satunya “hiasan” hanyalah permainan garis-garis lurus dan bidang-bidang murni. Ditambah gambar bergaya sangat hekmat goresan, kaligrafi sajak satu saja di ruang utama dengan tokonominya.
Dalam ruang utama, tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur sebagai tempat keramat, suatu fokus, tempat orientasi diri psikologis dalam rumah, yang disebut tokonoma. Kadang-kadang lukisan diganti dengan yang lain, atau dipajang satu syair dengan seni kaligrafi indah, demi percakapan tentang puisi atau tukar-menukar kearifan, pengetahuan budaya.
Ruang Panti minum Bosen , dari biara Kohoran. Lihatlah bagaimana sekian unsur kontras bermain dalam melodi tesa-antitesa-sintesa:
1. Luar dan Dalam.
2. Garis bidang geometrik lurus-datar-ketat dan bentuk-bentuk organik luwes.
3. kebersihan polos netral warna di dalam dan yang serba variasi warna-warni di luar.
Denah Rumah tradisional Jepang dengan pembagian ruang yang berbentuk sederhana yaitu kotak atau persegi. Manusia modern abad ke 20 memang sedang gandrung pada segala hal yang geometris. Tetapi geometriks yang menyentuh kalbu hati. Dan apa yang menjadi kenyataan budaya arsitektur dari seorang tokoh dan perintis arsitektur modern, Mies Van der Rohe? Mies van der Rohe merumuskannya demikian: “semakin sedikit semakin baik”. Tetapi perumusan yang menjadi tersohor itu praktis sudah dikerjakan berabad-abad oleh orang-orang yang berjiwa Shinto dan Budha Zen.
Interior dan pemilihan bahan rumah Jepang Tradisional ini pun masih sama napas cita rasanya. Dinding-dinding tipis, nyaris tidak bermateri (kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding ruangan). Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju,tetapi sikap Shinto satu dengan alam tetap dimenangkan.
Maka perhatikan gambar dibawah ini terlihat tampak ciri ke Jepangan pada bangunan dan perabot rumah itu.
Perhatikan dinding-dinding, lantai dan langit-langit. Semua serba bidang polos, dapat dikatakan tanpa hiasan apapun. Satu-satunya “hiasan” hanyalah permainan garis-garis lurus dan bidang-bidang murni. Ditambah gambar bergaya sangat hekmat goresan, kaligrafi sajak satu saja di ruang utama dengan tokonominya.
Dalam ruang utama, tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur sebagai tempat keramat, suatu fokus, tempat orientasi diri psikologis dalam rumah, yang disebut tokonoma. Kadang-kadang lukisan diganti dengan yang lain, atau dipajang satu syair dengan seni kaligrafi indah, demi percakapan tentang puisi atau tukar-menukar kearifan, pengetahuan budaya.
Ruang Panti minum Bosen , dari biara Kohoran. Lihatlah bagaimana sekian unsur kontras bermain dalam melodi tesa-antitesa-sintesa:
1. Luar dan Dalam.
2. Garis bidang geometrik lurus-datar-ketat dan bentuk-bentuk organik luwes.
3. kebersihan polos netral warna di dalam dan yang serba variasi warna-warni di luar.
Denah Rumah tradisional Jepang dengan pembagian ruang yang berbentuk sederhana yaitu kotak atau persegi. Manusia modern abad ke 20 memang sedang gandrung pada segala hal yang geometris. Tetapi geometriks yang menyentuh kalbu hati. Dan apa yang menjadi kenyataan budaya arsitektur dari seorang tokoh dan perintis arsitektur modern, Mies Van der Rohe? Mies van der Rohe merumuskannya demikian: “semakin sedikit semakin baik”. Tetapi perumusan yang menjadi tersohor itu praktis sudah dikerjakan berabad-abad oleh orang-orang yang berjiwa Shinto dan Budha Zen.
Washitsu adalah ruang
beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada beberapa aliran dalam
menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai dapat
diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah washitsu yang ada di dalam
bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama.
Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan).
Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan).
Fungsi washitsu berubah
bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah menjadi
ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu menjadi ruang tidur bila
diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila washitsu ingin
digunakan untuk jamuan makan.
Ada dua macam benda yang dapa digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji.
Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.
Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.
perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.
Ada dua macam benda yang dapa digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji.
Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu.
Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.
perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.
Sandal rumah harus dilepas sebelum memasuki washitsu. Lantai washitsu berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos.
Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.
GENKAN
Salah satu ciri
rumah Jepang adalah genkan.Genkan adalah tempat di mana orang melepas sepatu
mereka. Ketika mereka melepaskan sepatu mereka, orang-orang melangkah naik ke
lantai yang lebih tinggi dari genkan. Disamping genkan terdapat sebuah rak atau
lemari disebut Getabako di mana orang dapat menyimpan sepatu mereka. Sandal
untuk dipakai di rumah juga tersimpan di sana.
TOILET JADUL
MODERN
Toilet
tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok -juga dikenal sebagai kloset
Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna
toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di
belakang toilet pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang berada di permukaan
lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm
Yang terakhir ini lebih mudah digunakan bagi agan-agan untuk buang air kecil
sambil berdiri.
DAPUR
Ada dua jenis
dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang kedua
dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar.
BAGIAN LAIN
Di pinggir
rumah terdapat Roka (bagian berlantai kayu, yang mirip dengan lorong-lorong).
Atap rumah
tradisional di Jepang terbuat dari kayu dan tanah liat, dengan ubin atau
jerami.
Dalam taman Jepang tidak dikenal garis-garis lurus
atau simetris. Taman Jepang sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun
elemen yang menjadi dominan. Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser
agar tidak tepat berada di tengah.Taman Jepang berukuran besar dilengkapi
dengan bangunan kecil seperti rumah teh, gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil).
Di antara gedung dan taman kadang-kadang dibangun ruang transisi berupa beranda
sebagai tempat orang duduk-duduk. Dari beranda, pengunjung dapat menikmati
keindahan taman dari kejauhan.
Walaupun elemen-elemen dasar dan prinsip yang
mendasari desain taman dapat berbeda-beda, tema-tema tertentu dapat dijumpai di
berbagai jenis taman.Tema-tema yang umum adalah kombinasi dari elemen-elemen
dasar seperti batu-batu, pulau kecil, dan pepohonan untuk melambangkan
kura-kura dan burung jenjang yang keduanya merupakan lambang umur panjang di
Jepang. Pulau kecil di tengah kolam dibangun seperti bentuk kura-kura atau
diletakkan batu yang melambangkan kura-kura di tepian. Tema lain yang populer
adalah Gunung Fuji atau miniatur lanskap-lanskap terkenal di Jepang.
Taman jepang memiliki elemen dasar antara lain. air
(melambangkan kesucian dan kehidupan), Tanaman (melambangkan keabadian), dan
Batu (melambangkan alam). Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena
dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun.
SUMBER : www.kaskus.us
semua tentang jepang: Dampak Tsunami di Industri Elektronik Jepang
semua tentang jepang: Dampak Tsunami di Industri Elektronik Jepang: Raksasa perusahaan elektronik seperti Sony, Sharp, Canon, Genesis turut terkena dampaknya. Minggu, 13 Maret 2011, 11:43 WIB M...
Read Users' Comments (0)
Langganan:
Postingan (Atom)